Jilbab, satu kata yang mengandung banyak pemahaman terkait perempuan Islam dalam menyikapi bagaimana cara menutup aurat, sebab Jilbab itu sendiri berurusan dengan aurat dan Jilbab identik dengan perempuan Islam.Namun permasalahannya adalah, masih banyak orang belum memahami, apakah dengan memakai jilbab sudah menutup aurat, serta bagian tubuh mana saja yang termasuk batasan aurat wanita.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Ahzab : 59)
Aurat wanita adalah seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Firman Allah: “Janganlah orang-orang perempuan menampakkan perhiasannya, melainkan apa yang biasa tampak dari padanya” (QS : An Nur :31). Menurut Ibnu Abbas dan Ibnu Umar maksud perhiasan yang biasa nampak dalam ayat ini adalah wajah dan telapak tangan (Dalam Roddul Muhtar Juz :1 Hal : 375-378).
Dari kedua hadist diatas, semoga dapat membuka wawasan kita lalu belajar memahami bagaimana cara menutup aurat. Fenomena yang terjadi saat ini Jilbab seringkali dianggap seperti musim buah-buahan. Jilbab dianggap sekedar trend, hanya dipakai pada saat-saat tertentu dan seringkali disalah artikan, disalah gunakan. Jilbab bukan sekedar trend atau simbol apalagi hanya untuk menutupi kemaksiatan
Miris sekali rasanya melihat perempuaan berjilbab tapi tidak bisa menjaga dan menghargai dirinya sendiri bahkan akibat perbuatan mereka akan mempermalukan Islam, agama yang kita yakini. Mungkin bukan satu dua kali kita menyaksikan gadis berjilbab sibuk pacaran gelap-gelapan di pinggir jalan,pegangan tangan dan berpelukan, bahkan ibu-ibu berjilbab yang sudah jelas memiliki suami masih sibuk nge-gosip, selingkuhan, TTM, dan sebagainya.
Akan dibawa kemana agama Islam ini, jika pemeluknya sendiri sibuk merendahkan harga diri, merendahkan agamanya sendiri. Berjilbab itu bukan berarti sok suci tetapi berusaha menjaga kesucian, bukan pula paling benar dan tiada dosa. Berjilbab adalah sebagian dari taat dan menetapi kebenaran, berusaha memaksimalkan diri mengurangi dosa, mulut dan hati harus terus dibasahi dengan zikir, supaya kita tidak lagi terbiasa mencerca,mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang lain, serta membersihkan hati dari berbagai penyakit yang merusak akidah dan iman.
Hidup ini terlalu singkat. Jangan terlalu lama menunggu diri harus siap dan sempurna - baru mengenakan jilbab. Berjilbab menunggu kemantapan hati hanya akan terus diliputi rasa keragu-raguan. Tidak perlu takut kelihatan tidak cantik dalam balutan jilbab. Berjilbab merupakan proses menuju kebaikan dan Islam memperhitungkan nilai proses tersebut. Baik buruk ahlak manusia tidak ada keterkaitannya dengan jilbab. Bukankah masing-masing kita memiliki tanggung jawab di dunia dan akherat atas perbuatan diri kita sendiri. Godaan dan ujian sudah menjadi bagian dari kehidupan, akan tetapi Allah akan hadir sekalipun kita dalam ketidak berdayaan dan kegelapan, dan Allah akan segera hadir bagi mereka yang selalu berusaha berjalan dalam kebaikanNYA. (semoga bermanfaat dan mohon koreksinya)
0 komentar:
Posting Komentar